Masalah Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap anak didik datang kesekolah tidak lain kecuali untuk belajar dikelas, agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti ketika disekolah, dirumahpun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar. Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun, sayangnya ancaman hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak ddik yang dapat mengatasi kesulitan dalam belajar, tanpa harus melibatkan orang lain, tetapi pada kesulitan-kesulitan tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya. Maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesuitan dalam belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah-sekolah modern diperkotaan tetapi juga dirasakan oleh sekolah-sekolah tradisional dipedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaanya. Hanya yang membedakannya terletak pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan dalam belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang kepada anak didik. Namun begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak maka gagallah anak didik meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Adalah suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah jauh dari yang diharapkan. Dan masih banyak anak didik dengan intelegensi yang rata-rata normal tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi, melebihi kepandaian anak didik dengan intelegensi yang tinggi. Tetapi juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Karenanya, selain faktor intelegensi faktor non intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anak didik dalam belajar.
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam. Yaitu sebagai berikut :
1. Dilihat dari kesulitan belajar :
- Ada yang sedang
- Ada yang berat
2. Dilihat dari mata pelajaran yang diajarkan :
- Ada yang sebagai mata pelajaran
- Ada yang sifatnya sementara
3. Dilihat dari sifat kesulitannya :
- Ada yang sifatnya menetap
- Ada yang sifatnya sementara
4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya :
- Ada yang karena faktor intelegensi
- Ada yang karena faktor non intelegensi
Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan diatas, selalu ditemukan disekolah. Apalagi suatu sekolah dengan sarana dan prasarana yang kurang lengkap, dan dengan tenaga guru apa adanya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung sekolah dan jumlah tenaga guru dan jumlah anak didik yang tidak berimbang. Jumlah anak didik melebihi daya tampung sekolah.
Akhirnya, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
2. Beberapa penyebab kesulitan belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut intern anak didik dan ekstern anak didik. Muhibbin Syah misalnya melihatnya dari kedua aspek diatas. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko fisik anak didik yakni berikut ini :
a. Yang bersipat kognitif (ranah cipta), anatara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual dari intelegensi anak diik.
b. Yang bersipat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor eksternal anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi :
1. Lingkungan keluarga, contohnya; Ketidak harmonisan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; Wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer groub) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya; Kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk. Seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersipat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor-faktor khsusus, misalnya syndrome psykologis berupa ketidak mampuan belajar (learning bysability). Syndrom berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Syndrome ini misalnya disleksia (dyslexia), yaitu ketidak mampuan belajar membaca, disgrapia (dysgraphia), yait ketidak mampuan belajar menulis, diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidak mampuan belajar mate-matika.
Anak didik yang memiliki syndrome-syndrom diatas, secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal dan bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Karenanya kesulitan belajar anak didik yang menderita syndrom-syndrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya ganggguan ringan pada otak (minimal). Brain Dysfinction. (Muhibbin Syah, 1999: 165).